Friday, December 16, 2016

Smart Investing

-->Dalam suatu Hadits, dikatakan bahwa kelak di Akhirat kita akan ditanya mengenai harta kita dengan 2 pertanyaan: dari mana harta itu berasal dan kemana harta itu dibelanjakan. Tentu saja, yang menjadi perhatian di sini adalah apakah harta itu di peroleh dari jalan yang halal dan apakah harta itu dibelanjakan kepada sesuatu yang halal dan bermanfaat.

Dalam ilmu keuangan, ada suatu jargon bahwa yang paling penting dalam keuangan adalah cash. Sebagian besar menyebutnya bahwa cash adalah The King. Oleh karena itu, pembahasan mengenai cash flow merupakan hal yang utama dalam keuangan. Pembahasan mengenai cash flow juga dibagi ke dalam dua bagian yaitu: dari mana uang itu berasal (cash flow in) dan kemana uang itu dibayarkan (cash flow out). Pembahasan di sini untuk menilai: apakah cash flow in dan cash flow out itu berasal dari operasi perusahaan (cash flow from operation), dari pendanaan (cash flow from financing) ataukah berasal dari investasi (cash flow from investment). Dalam sudut pandang cash flow, suatu perusahaan yang memiliki net cash flow from operation (selisih antara cash flow in dengan cash flow out dari operasi perusahaan) yang besar dan konsisten sangat disukai.

Cash Flow In

Dalam konteks keuangan pribadi, Menurut Robert T Kitosaki dalam buku The Cash Flow Quadrant, cara seseorang memperoleh uang dikelompokkan ke dalam 4 Quadrant yaitu Employee (Karyawan), Self Employee (Profesional), Business Owner (Pemilik Binis) dan Investor (Pemilik Modal).

The Cash Flow Quadrant: Robert T Kiyosaki

Self Employee

Seorang yang memiliki keahlian khusus sehingga bekerja sesuai keahliannya. Ex: dokter praktek

Business Owner

Seorang Pemilik Perusahaan yang sudah berjalan sesuai dengan sistem. Ex: Bill Gate

Employee

seorang yang bekerja untuk perusahaan orang lain. Ex: karyawan

Investor

Seorang yang menginvestasikan uangnya pada perusahaan lain dan hidup dari hasil investasinya. Ex: Warren Buffett

Tugas kita adalah bagaimana meningkatkan cash flow in dan memastikan bahwa kita selalu mendapatkan cash flow in secara konsisten dalam keadaan apa pun. Jika hanya mengandalkan menjadi Employee, jelas tidak mungkin karena kalau tidak bekerja entah sakit ataupun meninggal, kita tidak mungkin dapat gaji. Begitu juga jika kita mengandalkan hanya menjadi self employee. Dengan demikian, seorang yang smart akan berupaya membangun bisnis dan menjadi investor.

Cash Flow Out

Cash flow out seorang manusia bisa ditelusuri ke dalam berbagai pos, yaitu:

memenuhi kebutuhan hidup

Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi terlepas apakah dia memiliki penghasilan (cash flow in) ataupun tidak. Kebutuhan mendasar itu adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Beberapa hal yang berpengaruh terhadap uang yang dikeluarkan yaitu:

Kebutuhan Vs Keinginan

Apakah yang dibeli itu merupakan kebutuhan ataukah keinginan? Jika orang terus membelanjakan uang untuk memenuhi keinginan, apalagi sifatnya jangka pendek, maka uangnya tak akan pernah cukup dan tentunya akan selalu kekurangan.

Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang yang berbeda sangat berpengaruh terhadap jumlah uang yang harus dikeluarkan. Semakin ”high” gaya hidup yang dimiliki, maka semakin besar tambahan uang yang harus dikeluarkan di atas apa yang benar-benar dibutuhkannya.

ABC: Activiy Based Costing

Dalam istilah Akuntansi Management terdapat istilah ABC. Di sini kita juga bisa menggunakannya yang berarti setiap uang yang dikeluarkan itu adalah akibat dari aktivitas yang dilakukan. Seorang yang cerdas dalam keuangan harus memilih apakah aktivitas itu berguna dan bermanfaat, terutama menimbulkan cash flow in baru baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.

Sisa dari kebutuhan hidup

Dalam istilah ekonomi, terdapat suatu formula: Y = C + S, Jika S = 1, maka Y = C + I

Dimana: Y = Income, C = Consumption, S = Savings, dan I = Investment

Maksud dari formula itu adalah uang yang kita dapatkan (Y) akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita (C), dan selebihnya merupakan bias berupa tabungan (S) atau investasi (I).

Bagaimana jika konsumsi (C), melebihi dari pendapatannya (Y)? Jika terjadi demikian, itulah yang kita namakan dengan ”besar pasak daripada tiang”, sehingga sisanya (S atau I) bertanda negatif (mengutang).

Di sini akan terlihat jelas siapa yang smart dan yang tidak. Jika orang belanja kebutuhan hidupnya dengan mengutang, maka dia tidak akan pernah memiliki tabungan (S) dan Investasi (I) yang bisa menghasilkan cash flow in baru. Sebaliknya, dia akan harus membayar sejumlah uang berupa pokok pinjaman + bunga yang berarti tambahan cash flow out. Jelas pula lah bahwa budaya menggunakan kartu kredit adalah bentuk lain dari ”mengutang” untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan jika tidak dilakukan secara bijaksana bisa menimbulkan kesulitan keuangan.

Jika seorang sudah bisa menyisakan sebagian dari penghasilannya (I) sehingga bisa mulai membangun tabungan (S) dan (I), maka tabungan/investasi itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya di masa mendatang.

Kebutuhan itu dapat berupa:

Dana untuk jaga-jaga atau dana darurat

Dana untuk mempersiapkan biaya pernikahan

Dana untuk membangun rumah

Dana untuk pendidikan anak

Dana untuk menjaga agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, cash flow in tetap diperoleh (proteksi)

Dana untuk pensiun/masa tua

Kebutuhan-kebutuhan itu menuntut untuk dipenuhi dari tabungan atau investasi yang direncanakan secara berkala karena:

Kebutuhannya belum terjadi

Besarannya sering kali tidak dapat diprediksi

Waktunya di masa mendatang, namun sering kali tidak diprediksi secara pasti

Besarannya cukup besar sehingga tidak bisa dipenuhi dari Income reguler saat ini.

Seorang yang ”smart” akan menempatkan dana baik itu tabungan (S) dan investasinya itu di dalam suatu ”instrument” yang memungkinkan menghasilkan tingkat return (keuntungan) yang melebihi tingkat inflasi (kenaikan harga-harga bahan pokok secara umum).

No comments: